Panduanjerawat.com – Jakarta – Ahli kardiologi anak Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI RS Cipto Mangunkusumo Jakarta dr. Sarah Rafika Nursyirwan Sp.A(K) mengatakan bahwa ada beberapa faktor yang dapat dicegah untuk mengurangi risiko terganggunya perkembangan jantung janin di trimester pertama kehamilan.
“Yang perlu diwaspadai dari teratogen yang mengganggu perkembangan janin adalah retinoid acid yang sering digunakan oleh ibu-ibu sebagai obat jerawat di trimester pertama, konsumsi alkohol atau fetal alcohol syndrom harus dihindari dengan sangat hati-hati,” katanya dalam diskusi daring yang diikuti di Jakarta, Kamis.
Sarah mengatakan bahwa paparan asap rokok juga harus dihindari selama masa trimester pertama, baik secara pasif dari orang lain maupun secara aktif dari ibu hamil yang merokok.
Faktor lain yang dapat dicegah adalah infeksi virus dan bakteri seperti tokso, rubela, dan infeksi cytomegalovirus yang dapat memengaruhi perkembangan jantung janin.
Ia mengatakan bahwa hal ini sangat berpengaruh karena pembentukan jantung mulai terjadi di minggu ke-8 kehamilan. Pada saat itu, jantung janin sudah sepenuhnya terbentuk di dalam kandungan sehingga trimester pertama merupakan waktu yang penting bagi ibu hamil untuk menjaga kandungannya dengan baik.
“Ibu hamil dengan riwayat epilepsi yang mengonsumsi obat tertentu dapat memengaruhi perkembangan jantung bayi. Obat lain seperti captopril harus digunakan dengan hati-hati di trimester pertama, dan pastikan untuk memberi tahu dokter saat kontrol mengenai obat yang dikonsumsi,” tambahnya.
Sementara itu, ada beberapa faktor lain yang juga membantu dalam pembentukan jantung bayi yang sehat selama masa kehamilan, seperti memenuhi asupan nutrisi yang baik dari mikronutrien dan makronutrien.
Namun, ada kondisi di mana ibu hamil memiliki riwayat penyakit sebelumnya yang mungkin tidak dapat dihindari, seperti diabetes melitus yang dapat menyebabkan bayi lahir dengan berat badan besar serta risiko hipoglikemi atau gula darah rendah yang dapat menyebabkan kelainan jantung ringan hingga berat.
“Pada kondisi ini, bayi yang lahir dapat menderita transposisi arteri yang jarang terjadi dan kompleks, sehingga bayi lahir dengan tubuh yang kebiruan dan dapat mengalami hipertrofi kardiomiopati atau kondisi di mana otot jantung menjadi lebih tebal sehingga menyumbat saluran darah yang keluar dari aorta, yang dapat menyebabkan gagal jantung,” jelas Sarah.
“Dan yang perlu diperhatikan adalah riwayat genetik, seperti riwayat anak pertama yang memiliki penyakit jantung bawaan, yang meningkatkan risiko sebesar 10-15 persen bagi ibu hamil untuk melahirkan anak dengan penyakit jantung bawaan,” tambahnya lagi.
Untuk mencegah kelahiran bayi dengan penyakit jantung bawaan, Sarah menyarankan agar ibu hamil melakukan pemeriksaan rutin dengan dokter obgyn fotomaternal dan USG jantung dengan dokter kardiologi anak jika ada kecurigaan terhadap kelainan atau memiliki faktor risiko.
Idealnya, USG dengan fetal ekokardiografi dapat dilakukan pada minggu ke-18 hingga 22 kehamilan, karena pada masa ini jantung janin sudah dapat dilihat secara jelas untuk dianalisis.
- LIGHThouse Raih Penghargaan Superbrands 2024 Kategori Slimming Center - October 1, 2024
- Mengenal Prosedur Implan Gigi Untuk Mengganti Gigi Yang Rusak - September 30, 2024
- Anak PJB Wajib Divaksin Demi Hindari Pneumonia - September 7, 2024
- CT Scan dan MRI, Kunci Penting untuk Mengungkap Aneurisma Otak - September 7, 2024
- Menghindari Ancaman Jantung Janin pada Trimester Awal Kehamilan - September 7, 2024